Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mahogany Hills


Judul Buku: Mahogany Hills
Pengarang: Tia Widiana
Tebal: 344 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Mei 2013
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama



Aku rela kalau kamu membenciku seumur hidup. Setidaknya, izinkan saya mencintaimu seumur hidupku. (hlm. 330).





Tiga hari setelah menikah, Jagad Arya Arnawarma menenteng Paras Ayunda Bakhtiar, istrinya, ke Mahogany Hills -tanah dengan rumah putih dua lantai berdinding kayu di wilayah perdesaan di kaki Gunung Halimun, Sukabumi. Jagad memang sedang merampungkan proyek pembangunan resor di Sukabumi. Tapi tolong-menolong ia menenteng Paras ke sana bukan lantaran ingin didampingi sang istri hingga proyeknya selesai. 

Mereka menikah lantaran perjodohan. Jagad gres mengenal Paras sepekan sebelumnya yakni ketika mereka bertunangan. Paras gres kembali dari London, meninggalkan jadwal doktorat yang diikutinya untuk menikah dengannya. Jagad berharap, dengan menetap di wilayah perdesaan terpencil, Paras akan merasa jenuh dan tidak bertahan. Jagad pun sudah bersiap menjadi pria brengsek yang hendak menyusahkan kehidupan Paras  hingga wanita itu mengalah dan mengajukan cerai. 

Mengapa Jagad menikahi Paras dengan tujuan bercerai? Keputusannya ini bermitra dengan Nadia, cinta pertamanya sekaligus kawan dekat semasa kuliah. Saking mengasihi Nadia, ketika wanita itu dicampakkan kandidat suaminya dan tiba kepadanya, Jagad ingin menikahinya. Sayangnya, Nadia tiba beberapa ahad sebelum ijab kabul Jagad, dan Jagad tidak dapat membatalkan pernikahannya. Pembatalan ijab kabul akan bikin kedua Jagad dan Paras dipermalukan. Jalan keluar satu-satunya merupakan tetap menikahi Paris dan menjadikannya menderita.

Jagad kecele. Meskipun berupaya bikin suasana tidak menggembirakan dengan sikapnya yang sinis, ketus, dan mudah marah, Paras tidak membencinya. Paras tetap melayaninya kebutuhannya dengan baik selaku istri, kecuali dalam hal bermitra intim. Sikap Paras rahasia bikin Jagad kagum, namun tetap saja, tidak dapat mematahkan tekadnya untuk bercerai.

Paras tidak mengetahui penyebab  perilaku suaminya yang abusif, hingga sebuah malam, Nadia timbul di Mahogany Hills. Jagad memperkenalkannya selaku wanita yang semestinya ia nikahi. Tentu saja perasaan Paras terluka. Apalagi Jagad menuduh Paras sudah merusak hidupnya. Hanya sedikit impian akan terjadinya pergantian dalam diri Jagad yang bikin Paras tidak meninggalkan Mahogany Hills.

Tapi, bagaimanapun, perilaku Jagad yang abusif akan menetaskan keraguan perihal kelanggengan ijab kabul mereka. Apakah Paras akan terus bersabar menghadapi perilaku Jagad dan bertahan dalam ijab kabul yang tidak sehat? Ataukah Jagad akan menyadari jikalau Paras merupakan wanita yang betul-betul pantas untuk mendampingi hidupnya? Jawaban dari kedua pertanyaan itu akan mulai terungkap semenjak kedatangan Adrian -mantan kekasih Paras- di Mahogany Hills. Kedatangannya mengakibatkan serangkaian bencana yang hendak menguji ketahanan Paras dan kebrengsekan Jagad.

Mahogany Hills karya Tia Widiana merupakan pemenang pertama Lomba Penulisan Novel Amore 2012 yang diselenggarakan oleh Gramedia Pustaka Utama. Setelah membaca novel ini, mau tidak mau saya mesti oke dengan keputusan juri. Dari aneka macam aspek, Mahogany Hills memang pantas menjadi juara, sekalipun tema yang diangkatnya bukan lagi sesuatu yang baru.

Kelebihan utama yang dimiliki novel ini merupakan opsi Tia untuk menulis dalam bahasa Indonesia yang bagus dan tidak berlepotan bahasa asing. Saya mengapresiasi setinggi-tingginya opsi Tia. Rangkaian kalimatnya sama sekali tidak sederhana menyerupai anjuran juri, lantaran sungguh tidak mudah menciptakan kalimat-kalimat cantik yang menawan dan bikin pembaca tetap bertahan membaca hingga tamat. Tia mengindikasikan kepiawaian yang jarang dimiliki oleh penulis novel-novel terkenal Indonesia masa kini.  Penulisannya yang indah bikin dengan mudah kita berpindah halaman selama membaca.

Kemampuan berbahasa Indonesia yang luwes bukanlah satu-satunya keistimewaan Tia. Ia pun bisa membangun karakterisasi kedua tokoh utama dengan cemerlang yang bikin kita bersimpati dengan kehabisan dan kekuatan mereka. Pada awalnya, Jagad mungkin akan bikin kita dongkol lantaran kebrengsekan sikapnya. Tapi kita bisa mengetahui penyebabnya dan bikin kita kasihan kepadanya. Seorang pria yang kurang pengalaman dalam bercinta, sekali jatuh cinta, bertekad memperjuangkannya walaupun mesti menyakiti wanita yang memujanya. Tanpa ia sadari, sesungguhnya ia sedang berada dalam proses mengetahui cinta sejatinya. Coba simak pengakuannya berikut ini:

Setelah menikah denganmu, cinta jadi tidak terlampau rumit. Denganmu, cinta menjadi sungguh sederhana. Cinta merupakan memberi, menerima, dan memaafkan. (hlm. 329).

Meski berpendidikan tinggi, perjodohan bukanlah sesuatu yang tidak dapat Paras terima. Ia berkaca pada pengalaman beberapa temannya yang menikah lantaran dijodohkan dan berhasil dengan ijab kabul mereka. Itulah sebabnya, ia mau menikahi Jagad, terlebih dalam pikirannya, Jagad mempunyai potensi mengembangkan keberhasilan pernikahannya. Kita akan bersimpati pada kerja keras Paras memunculkan dirinya istri yang dapat diandalkan. Tanpa pembantu, ia memasakkan masakan yang nikmat buat suaminya dan mengorganisir Mahogany Hills sehingga tenteram dihuni. Ia senantiasa bersikap manis dan ramah menghadapi Jagad. Kita juga akan bersimpati pada keputusan yang diambilnya untuk menyelesaikan keadaan tidak sehat yang mempunyai potensi memunculkan dirinya wanita masokis. 

Konflik dalam ijab kabul Jagad dan Paras dibentang dalam plot yang mengalir tanpa hambatan mengandung kejutan-kejutan kecil. Kejutan-kejutan itu akan makin mempertebal pengertian kita pada abjad Jagad dan Paras sekaligus memperbesar keayuan dongeng dalam novel ini. Saya suka cara Tia yang tidak terburu-buru merampungkan pertentangan tanpa bikin kisahnya berlarat-larat. Karena bagaimanapun juga, proses penuntasan pertentangan ini kokoh sungguh signifikan pada kemajuan abjad Jagad. Dan kemajuan abjad Jagad akan menyeleksi arah ijab kabul Jagad dan Paras selanjutnya. 

Sebetulnya, potongan penutup tidaklah terlalu penting. Artinya, tanpa epilog, tolong-menolong semua pertanyaan yang timbul selama membaca novel ini sudah terjawab. Tapi ternyata penambahan potongan penutup ini akan menyempurnakan semua dongeng dalam Mahogany Hills.

Kalau diminta menyediakan bintang, maka saya berikan lima bintang terhadap Tia Widiana dan Mahogany Hills-nya.