Rememoaré
Judul Buku: ReMemoaré
Pengarang: Agustina K. Dewi Iskandar
Penyunting: Anin Patrajuangga
Tebal: 202 halaman
Cetakan: 1, 2013
Penerbit: Grasindo
Sebulan lagi, Katarina dan Aldo akan melangsungkan pernikahan. Tapi suatu pagi, Katarina tersadar dari tidurnya dan mendapatkan dirinya sudah menikah dengan Ardhin, mantan pacar yang kasar dan pemarah. Ardhin yang berprofesi selaku seorang andal bedah tentunya tidak menyerupai Ardhin yang dahulu dimengerti Katarina. Ia sudah menjadi seorang suami yang sesuai dan menyediakan kehidupan senang terhadap Katarina dan seorang anak laki-laki, Prama Aditya. Mereka sudah menikah selama nyaris tiga tahun, tinggal di Bali, dan Aldo cuma suatu nama lama dalam pikiran Katarina yang kabur. Bahkan Olka dan Achmad, dua teman dekat yang sering menghabiskan waktu bersama, menyatakan tidak memedulikan Aldo yang dimaksud Katarina.
Apa sebenarnya yang sudah terjadi? Mengapa ia tidak jadi menikah dengan Aldo? Mengapa ia tidak ingat sudah menikah dengan Ardhin, hamil, dan melahirkan seorang anak laki-laki? Mengapa dikala ia terbangun ia berada pada masa tiga tahun dari dikala ia hendak menikah dengan Aldo? Katarina merasa asing dan aneh, terbangun dalam suatu labirin, berjumpa dengan orang-orang yang ia kenal tetapi merasa sedang berada dalam kehidupan orang lain.
Tidak ada hal lain yang dikehendaki Katarina selain mengenali apa sebenarnya yang sudah terjadi dalam hidupnya. Dan dikala kebenaran terungkap sepenuhnya, ia merasa tidak sanggup lagi melanjutkan kehidupannya dikala ini, kehidupan pernikahannya dengan Ardhi. Sekalipun menurut Olka dan Achmad, sahabat-sahabatnya, pernikahannya dengan Ardhin merupakan suatu ijab kabul yang bahagia. Baginya, Ardhin sudah merampas kehidupannya. Keberadaan Prama pun seperti susah melunakkan kemarahannya.
ReMemoaré, novel karya Agustina K. Dewi Iskandar, prospektif suatu kisah enigmatis yang potensial menghasilkan pembaca tidak bisa berhenti sebelum sukses menamatkannya. Setelah Katarina tersadar dan menyadari kehidupannya sudah berubah, kita dibentuk ingin tau untuk mengenali apa yang sebenarnya sudah terjadi. Saat seluruhnya terungkap kita terperangah dengan realitas pahit yang dialami Katarina. Sayangnya, rasa ingin tau yang timbul tidak bertahan lama. Pengungkapan misteri yang termasuk kehidupan Katarina terlalu cepat dilakukan, dan dengan cara yang terlalu mudah. Katarina tidak memerlukan waktu yang lama dan berbelit-belit. Ia tidak perlu melalui banyak intrik untuk memecahkan teka-teki kehidupannya. Konflik yang dimunculkan tidak meningkat untuk memanaskan suasana kendati kesempatannya sebenarnya terbuka. Alhasil, walaupun mulanya prospektif kisah yang mencekam, ReMemoaré berakhir selaku novel melodrama kehidupan manusia, cinta, dan ijab kabul yang dibalut dengan air mata, rasa kecewa dan amarah, serta kepasrahan. Tampaknya, pengarang memang tidak bermaksud menghasilkan novelnya lebih dari itu.
Meskipun apa yang terjadi dalam hidup Katarina tidak disimpan pengarang untuk dimunculkan selaku kejutan di kepingan pamungkas, mengungkapkannya di sini sungguh sungguh berbahaya. Sebab, tanpa hal itu, saya rasa ReMemoaré tidak akan terlalu meninggalkan bekas sehabis menamatkannya. Saat Katarina mengenali apa yang sebenarnya sudah terjadi, kisah menjadi tidak mendebarkan lagi kendati belum meraih kepingan pamungkas.
Bagian ketiga yang merupakan epilog novel ini sebenarnya agak menjemukan dibaca, tetapi sungguh-sungguh menjadi pengunci seluruh kisah yang ada. Umpan yang diberikan pengarang pada kepingan tamat dari kepingan kedua ternyata tidak kokoh pada tamat kisah.
ReMemoaré adalah salah satu dari tiga Naskah Favorit yang menang dalam kontes PSA (Publisher Searching for Author) perdana yang diadakan Penerbit Grasindo. Saya suka judul-judul setiap kepingan yang diseleksi pengarang untuk menyimpulkan isi setiap bagian. Bagian pertama berjudul Aku Telah Bertemu Pasangan Sebelah Sayapku, dan Kami Siap Terbang Bersama, bagian kedua berjudul Tak Ada yang Abadi, dan kepingan ketiga Tak Apa, Jika Aku Harus Menjadi Kura-Kura Raksasa. Saya juga suka dengan kebersihan novel ini dari kesalahan cetak yang mengganggu.
Apa salahnya dengan kehidupan yang bukan kau persiapkan sendiri jika ternyata karenanya menjinjing kebahagiaan pada dirimu? Begitulah yang ditanyakan Achmad pada Katarina (hlm. 158). Apakah Katarina akan menjaga kebahagiaan yang sempat dirasakannya dalam biduk pernikahannya bareng Ardhin? Ataukah ia mesti meninggalkan Ardhin dan tidak memaafkan pria itu untuk selamanya lantaran sudah mencurinya dari masa lalunya?
Lebih baik, Anda membaca sendiri novelnya.
