Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Selama Kita Kesasar Di Luar Angkasa




Judul Buku: Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa
Pengarang: Maggie Tiojakin
Editor: Mirna Yulistianti
Tebal: 244 halaman
Cetakan: 1, Juli 2013
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama







Seperti yang dibilang oleh Maggie Tiojakin (Mengupas Absurditas..., hlm. 237), semua ihwal kehidupan yakni hal yang absurd. Itulah sebabnya, pencantuman "Kumpulan Cerita Absurd" untuk kumpulan cerpen (kumcer) Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa tidaklah relevan. Semua hal yang tidak masuk akal, bodoh, konyol ataupun tidak layak sesuai definisi abstrak yang terbaca dalam kumpulan cerpen ini bisa didapatkan dalam cerpen-cerpen pengarang lain yang tidak menobatkan karyanya selaku kisah absurd. Dan semua hal itu memang bisa terjadi dalam kehidupan nyata. 

Terdapat 14 cerpen berbahasa Indonesia dan 5 bonus cerpen berbahasa Inggris karya Maggie dalam kumcer ini. Sebagaimana dalam kumcer sebelumnya yang ialah kumcer kedua, Balada Ching-Ching (GPU, 2010) -kumcer pertama Maggie, Homecoming, diterbitkan sendiri pada tahun 2006- Maggie menulis cerpen-cerpennya dengan gaya berkisah yang yummy dibaca dan bahasa baku yang tetap terasa segar. Nyaris di setiap penghujung cerpennya, kita akan dibenturkan dengan kejutan yang memanggil tanya.  

Tak Ada Badai di Taman Eden dijadikan cerpen pembuka kumpulan cerpen ini. Barney dan Anouk yakni pasutri yang sudah menikah lebih dari sewindu. Tapi gara-gara suatu kecelakaan di jalan tol tiga tahun berselang, kekerabatan di antara mereka berubah. 

Sejak di saat itu, hidup mereka tak sama lagi. Di wilayah ratusan, ribuan jejak memori - peristiwa tersebut tersemat bagai duri. Kini mereka sibuk mencari mimpi dengan cara sendiri-sendiri: Anouk meyakini bahwa setahun sekali langit pecah berkeping-keping dan meninggalkan alam yang tak pasti, sementara Barney menghabiskan tiga ratus enam puluh empat hari dalam setahun memungut kepingan tersebut dan menyusunnya kembali, bikin suatu ilusi. Satu demi satu. Bulan demi bintang demi gumpalan awan. Seperti pasang-pasangan. (hlm. 4-5). 

Mereka tidak sebahagia masa-masa permulaan pernikahan. Meskipun masih hidup serumah, Anouk  bersikap hirau tak acuh. Barney pun bersikap pura-pura, berupaya menyepelekan keadaan pernikahannya. "Cuma angin puting-beliung biasa," katanya (hlm. 9). Sementara kehidupan mereka terus berlanjut, kita bertanya-tanya: apakah mereka bisa bertahan dalam kehidupan menyerupai itu? 

Kristallnacht yang dijadikan judul cerpen yakni malam di saat Nazi pimpinan Adolf Hitler menjalankan pogrom kediaman, wilayah usaha, dan sinagoga milik warga Yahudi di seluruh Jerman dan sebagian Austria pada 9-10 November 1938. Kaca-kaca bangunan milik warga Yahudi dihancurkan dengan palu godam sehingga pecahan bertebaran di jalan-jalan kota. Itulah sebabnya peristiwa itu dimengerti selaku Kristallnacht (Malam Kristal atau Malam Kaca Pecah). Tapi bukan kisah penghancuran ini yang menjadi fokus cerpen Kristallnacht. Malam kacah pecah cuma menjadi permulaan terjadinya Kindertransport. Sembilan bulan sebelum Perang Dunia II, Inggris membuka pintu bagi belum dewasa Yahudi dari beberapa negara Eropa. Program yang sukses mengungsikan sekitar 10 ribu belum dewasa -balita hingga 17 tahun- ini dilarang Hitler dengan menutup semua perbatasan negara-negara yang dikuasainya. Shir, wanita Yahudi dalam cerpen ini, diwawancarai suatu televisi nasional dalam rangka dokumentasi sejarah. Perempuan itu mengenang kembali peristiwa yang terjadi di saat ia berusia delapan tahun dan diikutkan orangtuanya dalam Kindertransport. Sebuah peristiwa yang dipicu ayahnya menjadikannya terpaksa rampung di kamp konsentrasi. Apa yang dijalankan ayahnya, dan mampukah ia memaafkan pria itu? Cerpen ini disusun dalam bentuk wawancara yang belum tuntas hingga ditamatkan. Sebuah keharuan akan menyeruak dalam hati di saat Anda menimbang-nimbang balasan dari pertanyaan pamungkas. 

Semestinya, di saat banjir melanda, orang-orang akan mengungsi untuk menyelamatkan diri. Tapi Ahi, huruf utama cerpen Lompat Indah malah naik ke atas genteng rumahnya, menyaksikan suasana yang sedang berjalan dan orang-orang yang mengungsi. Padahal, sudah tersiar kabar kalau kampungnya akan terbenam banjir di saat malam hari. Kesadaran Ahi gres timbul di saat malam tiba dan banjir tak kunjung surut, malah menciptakan kolam luas. 

Saat cahaya senja hampir hilang diserap malam, dan seberkas warna lavender menghampar di langit kelam, Ahi mengerutkan dahi dan mengusap mata berkali-kali. Air berdesir, bergemericik, dan menggelembung dari kedalaman di bawah. Lalu -
 
Ahi terpingkal-pingkal hingga airmata membasahi pipi. (hlm.  38).  

Apakah Ahi sanggup menyelamatkan dirinya, ataukah ia akan diselamatkan, atau terpaksa mesti berdamai dengan petaka? 

Dengan gamblang dan serius, dalam cerpen Fatima, Maggie mengisahkan misi pembebasan sandera yang dijalankan oleh Pinot. Ia mengikuti isyarat Fatima, Sekretaris Eksekutif dari markas besar. Tapi rupanya keberuntungan tidak memihak Pinot lantaran ia malah tewas dalam pekerjaannya. 

Masih terngiang bunyi Fatima di telinganya. Ada debar aneh yang melanda setiap kali ia mengenang bunyi itu, menjalar ke sekujur tubuhnya, menyerupai sengatan lembut arus listrik yang menghidupkan bulu kuduk. (hlm. 49). 

Tidak ada yang abstrak dalam cerpen ini, kecuali huruf Pinot sendiri. 

Mengulang apa yang pernah dilakukannya dengan istrinya, Nimbe, Leven menghabiskan waktu dengan putrinya, Bitya, menjelajahi suatu hutan liar. Leven sudah bercerai dengan Nimbe, dan Bitya tinggal bareng ibunya, sehingga kebersamaan mereka tidak lain untuk membangun kekerabatan ayah dan anak. Kebersamaan mereka terasa mengasyikkan meskipun Bitya yang berbadan gempal kerap merasa tidak sabar. Tapi bencana memang senantiasa mengintai dan mengakibatkan pertanyaan yang tidak pernah terjawab: apakah Leven bisa melindungi anak perempuannya? Cerpen ini bisa dijadikan tutorial bagi orang yang suka menjelajah, maka memang cocok diberi judul Panduan Umum Bagi Pendaki Hutan Liar. 

Begini Maggie menggambarkan seting cerpen Kota Abu-Abu
 
Terletak di ujung dunia, di mana hujan turun tanpa henti dan matahari terus bersembunyi di balik awan gelap, kota ini menelan, mengunyah, dan melepehkan segala jenis warna hingga kusam tanpa nyawa. Merah, kuning, biru, hijau, jingga, ungu - semua terlihat sama jikalau dibalut sendu. Hanya ada satu warna yang konstan di sini; yakni abu-abu. Bahkan air maritim yang mengelilingi tepian kota terlihat keabuan. Begitu juga dengan langit yang memayungi serta tanah yang jadi pijakan kami. (hlm. 64). 

Kota Abu-Abu, seharusnya, bukanlah kota yang menawan untuk dihuni. Itulah sebabnya Temuji kerap meninggalkan kota ini untuk mencari kota-kota yang bersemburat warna. Tapi, Remos, sang narator cerpen, tidak pernah meninggalkan kota kelahirannya itu, dan ia memang tidak pernah berniat. 

Seperti yang terjadi pada Remos, kita memang sering terbuai dalam zona nyaman. Kita puas dengan keadaan kehidupan kita sekalipun tidak menjadi senang karenanya. Sebuah sindiran telak diberikan Temuji terhadap Remos (dan terhadap kita): "Memang sudah semestinya begitu. Tak ada apa-apa untukmu di luar sana." (hlm. 70). 

Azmov, bocah pria berumur 10 tahun dalam cerpen dies irae, dies illa tinggal di Distrik Rotan, Kota Pulveri, yang sudah luluh lantak lantaran perang antara pemerintah Provinsi Pulverem dan pasukan pemberontak El Sadik. Agar keluarga tanpa ayahnya tidak kelaparan, Azmov nekat mencuri di toko roti Oviz Mabud. Dari perspektif bocah pria itu, Maggie mengangkat kesadisan perang kerabat dan imbas yang ditimbulkannya pada para warga dan wilayah tinggal mereka. Menyedihkan dan bikin geram. 

Dalam waktu singkat, distrik itu akan rata dengan tanah dan tak ada seorang pun yang selamat. Dalam waktu singkat, dunia akan berkabung dan menyayangkan kepemimpinan seorang gubernur yang tak tanggung-tanggung menghajar warganya sendiri demi menjaga kekuasaan. Dalam waktu singkat, orang-orang yang tak pernah angkat senjata akan rampung di layar beling selaku statistik. Angka yang terus membengkak. (hlm. 90). 

Saksi Mata mengisahkan ihwal kendala pembunuhan seorang wanita berjulukan Chaya di kompleks rumah susun wilayah tinggalnya pada suatu dini hari. Sebelum mati tersedak darah sendiri sehabis ditusuk enam belas kali, Chaya sempat berteriak minta tolong. Tapi tidak ada yang tiba hingga ia mengembuskan napas terakhir. Padahal, di saat kejadian, masih ada penghuni rumah susun yang terjaga, bahkan sempat mendengar teriakan wanita malang itu. Dalam penuturan Maggie, kita bisa menegaskan kalau diabaikannya teriakan minta tolong Chaya tidak lain disebabkan oleh ketidakpedulian. Embra, istri Paprius, bahkan menghambat suaminya menyampaikan bantuan dengan mengatakan: "Apa pun yang sedang terjadi di bawah, bukan urusanmu. Biar orang itu mengelola urusannya sendiri." (hlm. 97). Kejadian yang menimpa Chaya persis menyerupai yang terjadi pada Catherine "Kitty"  Genovese, warga New York City yang ditikam di depan apartemennya di Queens pada 13 Maret 1964. Saat kejadian, selusin tetangga mendengar teriakan minta tolongnya, namun tidak ada yang tiba membantu ataupun mengontak polisi.  

Danno dalam cerpen Labirin yang Melingkar-Lingkar dalam Sangkar memiliki ketertarikan pada bangunan terlantar. Ia akan memaksa Hattashi, narator cerpen ini, untuk mengikuti eksplorasinya. Sampai suatu hari, Hattashi terseret petualangan di Stasiun Kereta Kota Tua yang terbengkalai. Mereka masuk hingga ke lorong gelap wilayah jalur kereta berada dalam terowongan panjang. Secara tiba-tiba, Hattashi merasa tidak yummy dan ingin menghentikan petualangan mereka.  Tapi Danno tidak mau berhenti lantaran bertekad menyaksikan api infinit -yang katanya- berada di dalam terowongan. Apakah, kali ini, mereka bisa mengakhiri petualangan dan kembali pada pekerjaan mereka? Ketegangan tak terjelaskan semakin terasa di saat cerpen ini mendekati ending-nya. 

Ro-Kok berkisah ihwal betapa sukarnya seseorang melepaskan ketergantungannya pada rokok. Feri, huruf utama cerpen, sudah merokok sejak umur sebelas tahun dan tidak praktis baginya untuk menghentikan kebiasaan ini. Tapi, Kirai, kekasihnya, tidak dapat menolerir kebiasaan Feri, dan menyampaikan ultimatum. "Kamu isap rokok itu. Kita selesai." (hlm. 136/137). Apakah Feri akan mengabaikan Kirai dan tetap merokok atau ia akan menghentikan kebiasaannya demi cinta Kirai? 

Masaai yakni laki-laki pemberani. Ia sudah menjalankan kegiatan-kegiatan berbahaya menyerupai base jumping, cave diving, heli-skiing, balap motor, berselancar di pantai-pantai berombak ganas, mengikuti encierro di Pamploma di saat Festival San Fermin. "Pada intinya, saya tidak menjajal untuk mati. Aku justru merayakan hidup," begitu argumentasi Masaai (hlm. 145). Meskipun demikian, Zaleb -istrinya- tidak dapat menetralisir kekhawatirannya. Cinta, itulah yang menjadikannya mengalah, dan cinta pula yang menjadikannya mengikuti suaminya yang mau menyelam di perairan Pasifik. Apakah Masaai tetap akan mendampingi Zaleb sehabis sekali lagi ia menampilkan keberaniannya? Lepas dari itu, cerpen Dia, Pemberani mencetuskan pertanyaan lain. Benarkah menjalankan kegiatan berbahaya yakni bentuk peringatan kehidupan? Atau bentuk keegoisan dan perilaku tidak bertanggung jawab? 

Salina, huruf utama cerpen Suatu Saat Kita Ingat Hari Ini, sudah niscaya berlawanan dengan abang perempuannya, Vora. Salina masih kuliah, sedangkan Vora sudah bekerja. Salina berpakaian seenaknya, sedangkan Vora senantiasa berpenampilan rapi. Saat Salina menceburkan dirinya dalam dunia game internet, Vora sedang kesal dengan pacarnya yang tidak menepati janji. Lalu, di mana mereka akan menerima titik singgung? Setelah dengan jelas Maggie menceritakan permainan game internet Salina dan Arta, ia akan menampilkan titik singgung kedua gadis bersaudara itu, untuk menerima kembali arti persaudaraan. 

Aku percaya hal ini terjadi pada siapa pun -bahkan, padamu juga. Suatu hari, di suatu tempat, seseorang niscaya pernah menawan perhatianmu dan membuatmu berimajinasi jauh ihwal hidup yang bukan milik kalian berdua, ihwal momen-momen intim yang tidak pernah terjadi (dan condong takkan pernah terjadi) serta argumen yang tak lebih dari sekadar hasil imajinasi.  (hlm. 182). Itulah yang dibilang pria yang menjadi narator cerpen Jam Kerja memulai kisah pertemuannya dengan seorang wanita yang menawan perhatiannya. Ia berjumpa wanita itu di suatu ruangan ber-AC yang hambar dan menyadari "keindahan" sang perempuan. Tak terelakkan lagi, kesadaran itu mengakibatkan hadirnya aneka macam imajinasi menyerupai yang dikatakannya pada kalimat pembukanya. Anda mungkin akan terkejut menyadari kebenaran yang disingkapkannya. 

Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa sengaja ditulis selaku 'cerita pendamping' untuk cerpen The Long Rain karya Ray Bradbudy. Jika dalam The Long Rain, Bradbury menceritakan ihwal roket yang terdampar di Planet Venus (di mana hujan tak pernah berhenti), maka dalam cerpen ini, Maggie mendamparkan roketnya di Planet Merkurius (di mana matahari menjaga sinarnya hingga lebih dari 100 hari). Keempat prajurit-astronot dalam roket itu akan mengalami kesusahan untuk kembali ke bumi lantaran roket sudah rusak total. Maka Sang Kapten, Koveer, Yureko, dan Abatul meninggalkan roket dan berjalan di tengah teriknya matahari, hujan meteor, goncangan gempa, dan angin puting-beliung debu sementara planet itu mengalami kontraksi. Mereka seakan bertambah renta dan mengalami kehilangan cairan tubuh hingga buang air kecil pun tak bisa mengeluarkan cairan. Panas yang menyengat tidak dapat lagi memerah keringat mereka. Dan maut pun menanti setiap organ badan mereka berhenti bekerja. Kisah yang ditulis Maggie tentunya masih kalah dramatis dengan kisah dalam The Long Rain yang disinggungnya di halaman 195 namun tetap menarik dengan tiadanya cita-cita menyerupai Kubah Matahari dalam karya Bradbury. 

Selain 14 cerpen yang ada, Maggie memberi bonus 5 cerpen yang ditulis dalam bahasa Inggris. An Evolutionary History berkisah ihwal cinta segitiga antara Ruth, Taheer, dan Rora. Ruth yang pertama berjumpa Taheer di saat pria itu tiba ke Amerika untuk menjadi ichthyologist (ahli ihwal ikan) Taheer tiba ke kedai makanan Indonesia wilayah Ruth melakukan pekerjaan dan meminta saran makanan terhadap Ruth. Mereka berjumpa di saat animo semi dan Ruth mengajak Taheer makan malam di apartemennya pada animo panas. Di sanalah Taheer berkenalan dengan Rora, sobat sekamar Ruth, dan jatuh cinta pada gadis itu. Violet cuma ialah curhat singkat seorang gadis berbadan tinggi dan kurus yang memang membenci makan. Tiga belas tahun silam, di saat gadis itu berusia 16 tahun, Violet duduk di sampingnya dan menyampaikan sebatang Kit Kat. A Business Trip berkisah ihwal perjalanan malam hari Henry, seorang feature writer, dari Jakarta ke Singapura untuk menulis. Rupanya ia sedang punya sedikit masalah, namun hingga cerpen ini berakhir, Maggie tidak mengungkapkan masalahnya, kecuali kesan bahwa Henry yakni pria kesepian. The Long March berseting di saat terjadinya demonstrasi mahasiswa yang menuntut reformasi dan penurunan presiden. Dari kampus, Mara dan Joko mengikuti long march menuju kompleks parlemen. Joko, sudah pasti, khawatir, dan mengingatkan Mara kalau gadis itu dapat terluka. Tapi Mara pantang mundur. "I've never had to stand up for anything in my life. I think we should all be given the opportunity - or at least the option- to stand up for something," kata Mara (hlm. 221). Sunday Mass mengisahkan ihwal Marlena dan Indriani, dua gadis yang pergi ke gereja St. Vincent pada suatu Minggu pagi. Saat mereka tiba, gereja sudah sarat dan mereka tidak mendapat wilayah duduk. Karena bosan, Indriani menegaskan keluar, menanti kakaknya di depan  patung Perawan Maria dan berdoa. Ternyata, sebelum kebaktian selesai, Marlena juga sudah keluar. Di depan patung Perawan Maria, Marlena juga berdoa, dengan isi doa yang sungguh jauh berlawanan dengan adiknya. 

Secara keseluruhan saya menggemari gaya berkisah Maggie, kesederhanaannya yang memikat, keanekaragaman opsi tema kisahnya, dan pengamatan yang intens perihal kehidupan yang dituang dalam setiap kisahnya. 

Saya akan senantiasa menantikan kemunculan karya-karyanya.